Suatu ketika Nabi Idris telah dikunjungi oleh Malaikat Izrail.
Kemudian Beliau bertanya, "Hai Malaikat Izrail, kedatanganmu ini untuk mencabut nyawa atau berkunjung."
Lalu Malaikat Izrail menjawab bahwa kedatangannya itu untuk berkunjung dengan izin Allah.
Setelah mendengar jawaban Malaikat Izrail, Nabi Idris berkata lagi,
"Hai Malaikat Izrail, saya ada keperluan denganmu."
"Kepentingan apa itu?" kata Malaikat Izrail.
Setelah sejenak menghela nafas, Nabi Idris pun menjawab,
"Kepentinganku denganmu adalah supaya engkau mencabut nyawaku dan kemudian Allah menghidupkan kembali agar aku dapat lebih giat
beribadah kepada Allah setelah aku merasakan sakaratul maut."
Malaikat Izrail kehairanan mendengar permintaan Nabi Idris.
Tapi Allah memberi wahyu kepada Malaikat Izrail agar dia mencabut
nyawa Nabi Idris.
Seketika itu juga Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris a.s.
Setelah menjalankan tugasnya itu Malaikat Izrail menangis atas
kematian Nabi Idris sambil memohon kepada Allah untuk menghidupkan kembali Nabi Idris a.s.
Kemudian Allah mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka Nabi Idris pun hidup kembali.
Malaikat Izrail bertanya kepada Nabi Idris a.s.
"Hai Saudaraku, bagaimana rasanya sakaratul maut itu?"
Nabi Idris a.s menjawab,
"Sesungguhnya rasa sakaratulmaut itu saya umpamakan binatang yang hidup disiat kulitnya dalam keadaan hidup-hidup dan begitulah rasanya sakaratul maut bahkan lebih seribu kali sakit."
Kata Malaikat Maut,
"Secara halus dan berhati-hati aku mencabut nyawa yang seperti itu selama-lamanya.
Itulah sahabatku sekelumit kisah tentang pedihnya sakaratul maut. Seorang Nabi pun juga merasakan hal yang sama dan terasa sangat pedihnya kala nyawa terlepas dari badan.
Bagaimana pula kita, tanggungjwb sbg hamba Allah, anak, ayah, ibu, suami, isteri. Adakah kisah ini tidak memberi kesan pada diri kita dan kita berfikir serta muhasabah diri utk lebih bersedia menghadapi mati...
Moge bermanfaat hendaknya. Assalamualaikum ^_^
Kemudian Beliau bertanya, "Hai Malaikat Izrail, kedatanganmu ini untuk mencabut nyawa atau berkunjung."
Lalu Malaikat Izrail menjawab bahwa kedatangannya itu untuk berkunjung dengan izin Allah.
Setelah mendengar jawaban Malaikat Izrail, Nabi Idris berkata lagi,
"Hai Malaikat Izrail, saya ada keperluan denganmu."
"Kepentingan apa itu?" kata Malaikat Izrail.
Setelah sejenak menghela nafas, Nabi Idris pun menjawab,
"Kepentinganku denganmu adalah supaya engkau mencabut nyawaku dan kemudian Allah menghidupkan kembali agar aku dapat lebih giat
beribadah kepada Allah setelah aku merasakan sakaratul maut."
Malaikat Izrail kehairanan mendengar permintaan Nabi Idris.
Tapi Allah memberi wahyu kepada Malaikat Izrail agar dia mencabut
nyawa Nabi Idris.
Seketika itu juga Malaikat Izrail mencabut nyawa Nabi Idris a.s.
Setelah menjalankan tugasnya itu Malaikat Izrail menangis atas
kematian Nabi Idris sambil memohon kepada Allah untuk menghidupkan kembali Nabi Idris a.s.
Kemudian Allah mengabulkan permohonan Malaikat Izrail, maka Nabi Idris pun hidup kembali.
Malaikat Izrail bertanya kepada Nabi Idris a.s.
"Hai Saudaraku, bagaimana rasanya sakaratul maut itu?"
Nabi Idris a.s menjawab,
"Sesungguhnya rasa sakaratulmaut itu saya umpamakan binatang yang hidup disiat kulitnya dalam keadaan hidup-hidup dan begitulah rasanya sakaratul maut bahkan lebih seribu kali sakit."
Kata Malaikat Maut,
"Secara halus dan berhati-hati aku mencabut nyawa yang seperti itu selama-lamanya.
Itulah sahabatku sekelumit kisah tentang pedihnya sakaratul maut. Seorang Nabi pun juga merasakan hal yang sama dan terasa sangat pedihnya kala nyawa terlepas dari badan.
Bagaimana pula kita, tanggungjwb sbg hamba Allah, anak, ayah, ibu, suami, isteri. Adakah kisah ini tidak memberi kesan pada diri kita dan kita berfikir serta muhasabah diri utk lebih bersedia menghadapi mati...
Moge bermanfaat hendaknya. Assalamualaikum ^_^
Post a Comment